Faktor-faktor penyebab munculnya jerawat. Salah satu penyakit kulit yang membuat bingung para remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang. Jerawat adalah penyakit kulit kronis akibat abnormalitas produksi sebum pada kelenjar sebasea yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif (Kumar, 2008). Harper (2007) menambahkan bahwa Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelanjar polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul dan nodul. Penyebaran jerawat terdapat pada muka, dada, punggung yang mengandung kelenjar sebasues. Jerawat dapat terjadi pada usia muda atau tua dengan persentase kejadian pada wanita sebanyak 27% dan 34% pada pria (Klaus, 2005). Walaupun tidak termasuk penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian, jerawat jika tidak ditangani dapat menimbulkan depresi dan krisis kepercayaan diri penderitanya (Purvis dkk., 2006).
Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, di bawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat:
1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne): Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20 persen bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.
2. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 3–6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.
3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris): Jerawat jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar 12 – 24 tahun.
4. Jerawat konglobata (cystic acne): Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang terjadi
Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini tidak patogen pada kondisi normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi invasif. Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang menghasilkan air, asam amino, urea, garam dan asam lemak merupakan sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi sebum menjadi massa padat, yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 1997; Djuanda, et al., 1999; Jawetz dan Adelberg’s, 2005).
FAKTOR PENYEBAB JERAWAT
1. Usia.
Jerawat biasanya terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita (Djuanda, et al., 1999).
2. Sebum.
Bakteri P.acne hanya menyebabkan masalah ketika produksi sebum yang berlebihan, yang seperti kita ketahui disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Ini kelebihan produksi sebum menyebabkan bakteri jerawat untuk berkembang biak dalam pori-pori dan folikel rambut dengan memberi makan diri pada sebum. Sebagai bagian dari proses makan, bakteri jerawat menghasilkan asam lemak yang mengiritasi kulit. Hal ini menyebabkan peradangan karena tubuh mengirim sel-sel darah putih dan merah untuk membela daerah dari bakteri.
3. Genetik.
Menurut sumber yang saya dapatkan bahwa genetik juga merupakan faktor terjadinya jerawat pada keturunannya.
4. Psikis.
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru (Goggin et al, 1999).
5. Kebersihan wajah.
Wajah yang kotor dan penuh minyak dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Oleh karena itu perilaku kebersihan diri dapat mengurangi timbulnya jerawat.
6. Iklim.
7. Kosmetik.
8. Hormon.
Hormon ini biasanya berhubungan dengan pikiran, apabila kita mengalami kesetresan hebat, produksi hormon di dalam tubuh kita menjadi tidak stabil, akibat produksi hormon yang tidak stabil ini menyebabkan timbulnya jerawat.
Sumber:
Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. (1999). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Harper, J. C. (2007). Acne Vulgaris. Birmington: Departement of dermatology, University of Alabama.
Jawetz, M., dan Adelberg’s. (2005). Mikrobiologi kedokteran. (Buku 2). Penerjemah: N. Widorini. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: UI- Press.
Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, di bawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat:
1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne): Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20 persen bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.
2. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 3–6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.
3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris): Jerawat jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar 12 – 24 tahun.
4. Jerawat konglobata (cystic acne): Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang terjadi
Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini tidak patogen pada kondisi normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi invasif. Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang menghasilkan air, asam amino, urea, garam dan asam lemak merupakan sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi sebum menjadi massa padat, yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 1997; Djuanda, et al., 1999; Jawetz dan Adelberg’s, 2005).
FAKTOR PENYEBAB JERAWAT
1. Usia.
Jerawat biasanya terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita (Djuanda, et al., 1999).
2. Sebum.
Bakteri P.acne hanya menyebabkan masalah ketika produksi sebum yang berlebihan, yang seperti kita ketahui disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Ini kelebihan produksi sebum menyebabkan bakteri jerawat untuk berkembang biak dalam pori-pori dan folikel rambut dengan memberi makan diri pada sebum. Sebagai bagian dari proses makan, bakteri jerawat menghasilkan asam lemak yang mengiritasi kulit. Hal ini menyebabkan peradangan karena tubuh mengirim sel-sel darah putih dan merah untuk membela daerah dari bakteri.
3. Genetik.
Menurut sumber yang saya dapatkan bahwa genetik juga merupakan faktor terjadinya jerawat pada keturunannya.
4. Psikis.
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru (Goggin et al, 1999).
5. Kebersihan wajah.
Wajah yang kotor dan penuh minyak dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Oleh karena itu perilaku kebersihan diri dapat mengurangi timbulnya jerawat.
6. Iklim.
7. Kosmetik.
8. Hormon.
Hormon ini biasanya berhubungan dengan pikiran, apabila kita mengalami kesetresan hebat, produksi hormon di dalam tubuh kita menjadi tidak stabil, akibat produksi hormon yang tidak stabil ini menyebabkan timbulnya jerawat.
Sumber:
Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. (1999). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Harper, J. C. (2007). Acne Vulgaris. Birmington: Departement of dermatology, University of Alabama.
Jawetz, M., dan Adelberg’s. (2005). Mikrobiologi kedokteran. (Buku 2). Penerjemah: N. Widorini. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: UI- Press.