Penyakit Kudis atau dalam ilmu kedokteran disebut Scabies
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh parasit tungau yang gatal yakni Sarcoptes
sabies varian hominis. Penyakit
ini sering juga disebut dengan nama, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan atau
Penyakit Ampera, The itch, dan Seven year itch. Kulit yang terkena kudis lebih banyak terjadi di wilayah
kumuh serta orang yang tidak memelihara kebersihan tubuh. gejala kudis yaitu
terdapatnya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, paling utama di
sela-sela jari kaki, tangan, di ketiak, alat kelamin, pinggang dan lain-lain.
Tungau
penyebab kudisan ini berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata. Tungau ini berwarna putih kotor. Ukuran tungau yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan pada tungau jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk tungau saat dewasa yaitu
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan
2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat (Handoko, 2008).
Sumber
gambar: link.springer.com
Tungau
menyerang dengan cara menginfestasi kulit induk semangnya dan bergerak membuat
terowongan di bawah lapisan kulit (stratum korneum dan lusidum) sehingga
menyebabkan gatal-gatal, kerontokan rambut, dan kerusakan kulit.
Penyakit kudis amat gampang menular pada orang lain, secara
langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung tentu saja lewat sentuhan
kulit yang terkena kudis dengan kulit orang lain yang belum terkena. Secara
tidak langsung dapat menular lewat handuk ataupun pakaian yang dipakai secara
bergantian dengan pengidap kudis.
Sumber
gambar: medicalnewstoday.com
Cara gampang buat menjauhi kudis tentu saja dengan menjaga
kebersihan lingkungan dan juga tubuh. Salah satu cara pencegahan penyakit kudis
yaitu bisa dicoba dengan mencuci seprai tempat tidur, sarung bantal, handuk
serta pakaian yang dipakai dengan air hangat dan juga deterjen. Menurut Harahap
(2000) Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kudis
(scabies) adalah sebagai berikut:
1. Permetrin
Merupakan obat pilihan
dalam bentuk salep untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah
pemakaiannya dan tidak megiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan di leher
anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat
lesi kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Harahap, 2000).
2. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk
lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3 hari.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)
Kadarnya 1% dari krim
atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan
wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup
sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian (Handoko, 2001).
Krotamiton 10 % dalam krim atau lotion, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2
efek sebagai antikudis dan antigatal
4. Malation
Malation 0,5% dengan
dasar air dalam bentuk salep digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya
diberikan beberapa hari kemudian.
5. Sulfur
Dalam bentuk parafin
lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5
% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 hari.
Tetapi pemakaian sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi
kering.
6. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %)
Efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
7. Tanaman Tradisional
Obat tradisional juga
berkhasiat dalam menangani pengobatan Kudis. Misalnya, khasiat tanaman obat
permot (Passiflora foeltida) untuk menggunakannya yaitu dengan
menggosok-gosokkan pada kulit yang terserang kudis, penggosokan tadi
mengakibatkan terjadinya pembesaran pada pori-pori kulit, sehingga bahan aktif
yang terkandung dalam tanaman permot akan diabsorbsi ke dalam kulit dan tungau
yang didalam kulit akan mati. Diduga khasiat yang memberikan pengaruh terhadap
kematian tungau adalah asam hidrosianat dan alkaloid (Ken, 1992 dan
Wijayakusuma, 1995)
Sumber:
Handoko
R. P. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. pp: 122- 125
Harahap
M. 2008. Penyakit Kulit. Jakarta: Gramedia. p: 100